Renne Kawilarang

Krisis Politik Thailand dan Film Bollywood

VIVAnews. Menyaksikan konflik politik bisa jadi tak ada bedanya dengan menonton film Bollywood. Berbagai adegan bisa saja muncul. Mulai dari opera sabun yang penuh intrik nan membosankan, aksi laga yang mendebarkan, sampai komedi yang menggelikan.

KPU Tolak Tanggapi Tudingan Nepotisme Jokowi ke Prabowo-Gibran

Pertunjukkan ala film Bollywood tersebut tengah terlihat jelas di Thailand. Filmnya berjudul "Samak di Ujung Tanduk" dengan latar belakang huru-hara politik di Thailand, yang sejak setahun terakhir kembali berada di alam demokrasi setelah sempat di bawah cengkeraman militer.

Pemeran utamanya tentu saja Perdana Menteri Samak Sundaravej, yang dicitrakan sebagai tokoh antagonis. Sedangkan para pemeran pembantu adalah para politisi dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang mendukungnya dan Partai Aliansi Demokrasi (PAD) yang menentang Samak habis-habisan.

Jelang Hari Raya Idul Fitri, Persediaan BBM di Bali Masih Aman

Namun tiket pertunjukan teater tersebut harus dibayar sangat mahal oleh rakyat Thailand sendiri. Sebagai penonton, mereka hanya bisa geram dan pasrah menyaksikan drama politik tersebut sampai membuat bisnis mereka lumpuh dan penghasilan mereka menurun.

Awalnya para politisi tersebut saling gontok-gontokan sejak awal tahun ini. Samak dikecam habis-habisan oleh oposisi karena gayanya yang arogan dan mengangkat teman-temannya yang bermasalah dengan hukum menjadi pejabat-pejabat penting. Sebelum menjadi perdana menteri, Samak pun dikenal sebagai pejabat yang kontroversial.

Tebar Berkah Ramadan 1445 H, Mandiri Group Santuni 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Saat masih menjadi deputi perdana menteri tahun 1992, Samak membenarkan langkah militer yang memberantas aksi para mahasiswa pro-demokrasi dengan pembantaian. Dia juga dikenal sebagai kroni mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang dikenal sebagai pemimpin yang korup dan penjual aset negara.

Pertunjukan berlanjut menjadi adegan yang mencemaskan setelah melihat konflik politik di parlemen berlanjut pada aksi jalanan. Aksi yang digalang para oposisi asal partai PAD tersebut dilakukan dalam bentuk rangkaian protes yang diwarnai baku hantam dan aksi mogok kerja yang melumpuhkan ekonomi Thailand.

Namun awal pekan ini pertunjukan teater tersebut berubah menggelikan. Ini menyangkut kebiasaan Samak yang gemar memasak. Tak berhasil menggoyang Samak dari kursi perdana melalui aksi jalanan, kubu oposisi juga menempuh cara yang elegan dengan mengadukan politisi berusia 72 tahun tersebut ke meja hijau.

Samak dituduh telah melanggar Konstitusi karena, kendati sudah dilantik sebagai perdana menteri akhir Januari lalu, dia masih punya pekerjaan sampingan sebagai pembawa acara kuliner di televisi, yang telah dilakoninya selama delapan tahun.

Gugatan yang dilayangkan Ketua Senat dan Ketua Komisi Pemilihan Umum tersebut terbukti manjur. Hakim Mahkamah Konstitusi Selasa lalu (9/9) memvonis Samak bersalah dan saat itu juga dia dipecat dari jabatan perdana menteri.

Namun babak komedi dari pertunjukan tersebut belum selesai. Berdasarkan konstitusi, Samak bisa saja dipilih kembali menjadi PM. Situasi tersebut tidak disia-siakan Samak. Maka, beberapa jam setelah vonis dari sidang Mahkamah Konstitusi, Partai Kekuatan Rakyat pimpinan Samak langsung bertekad mencalonkan bos mereka kembali memimpin pemerintahan Thailand. Penentuan terjadi pada pemilihan Jumat pekan ini (12/9).

Apakah Samak terpilih lagi atau tidak, yang jelas rakyat Thailand sebagai penonton sudah mulai bosan dengan aktor yang satu ini. Sebagian pihak menilai bila Samak terpilih kembali situasi di Thailand bisa jadi kian parah. Perpecahan di kalangan masyarakat yang telah berlangsung berbulan-bulan akan sulit diredam. Penilaian tersebut bukanlah pendapat dari kalangan politisi, namun dari para pebisnis yang juga sangat sensitif dengan setiap perkembangan politik di Thailand.

"Kami ingin kebuntuan politik diakhiri sesegera mungkin. Kami tidak ingin Samak kembali [memerintah] karena kekisruhan tidak akan berakhir," kata Santi Vilassakdanont seperti dikutip surat kabar The Bangkok Times, Rabu (10/9). Santi adalah Ketua Federasi Industri Thailand (FTI) yang mewakili kepentingan para pelaku industri di Thailand.

Bagi pebisnis seperti Santi, kekisruhan politik yang tengah terjadi di Thailand telah menciptakan ketidakpastian. Suasana yang tidak pasti tentu saja merupakan kerugian bagi para pelaku usaha. Apalagi, menurut Santi, tidak ada satupun pihak yang bertanggung jawab atas ketidakpastian yang timbul akibat konflik politik tersebut. "Akhirnya sektor bisnis dan kepentingan masyarakat-lah yang paling terasa dampaknya," kata Santi.

Rakyat memang berharap film ini segera berakhir dengan tamatnya kiprah Samak di panggung kekuasaan. Tak terbayang berapa lama lagi pertunjukan ini akan berlangsung bila Samak kembali memerintah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya