Ekspor Mobil ke Thailand Berpotensi Naik 100%

VIVAnews - Indonesia dan Thailand selama ini bersaing ketat dalam penguasaan pasar otomotif Asean, bahkan dunia. Menariknya, Thailand yang selama ini dikenal sebagai basis penting otomotif di Asean, menjadi negara tujuan ekspor otomotif Indonesia urutan kedua setelah Jepang, dengan nilai yang terus meningkat.

"Kami berpotensi melipatgandakan ekspor mobil ke Thailand pada tahun berikutnya. Kerja sama Perjanjian Perdagangan Bebas Asean-China bisa membantu peningkatan ekspor," kata Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar saat pelepasan ekspor perdana Honda Freed ke Thailand di Karawang Jawa Barat, Senin, 14 Desember 2009.

Data Departemen Perdagangan menyebutkan, pada 2004, tercatat nilai ekspor ke Thailand sebesar US$ 184 juta dan meningkat menjadi US$ 354 juta pada tahun 2008, dengan tingkat pertumbuhan 14,87 persen per tahun.

Angka ekspor pada 2008 meningkat sebanyak 61,58 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pada periode Januari-Agustus 2009, akibat krisis global, terjadi penurunan sebesar 30,64 persen (menjadi US$ 153 juta)  dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Prestasi maupun penurunan ekspor pada tahun ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk meningkatkan daya saing otomotif, dituntut memiliki fasilitas logistik dan interkonektifitas yang semakin baik," kata Mahendra.

Salah satu upaya peningkatan fasilitas logistik, yakni penyediaan Car Terminal di Tanjung Priok dan rencana pembukaan dry port di wilayah yang sama.

Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor otomotif termasuk komponen otomotif di Indonesia selama lima tahun (2004-2008) menunjukkan peningkatan. Pada 2004, tercatat sebesar US$ 909 juta atau naik tiga kali lipat menjadi US$ 2,73 miliar pada 2008, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 31 persen per tahun.

Namun, karena dampak krisis, pada periode Januari-Agustus 2009, kinerja ekspor hanya mencapai US$ 1,057 miliar atau melorot sebanyak 43,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Mahendra menjelaskan, dalam kerangka implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) yang berlaku pada 1 Juli 2008, peningkatan aktivitas ekspor impor serta investasi kedua negara meningkat secara signifikan.

"Ekspor Honda Freed menjadi salah satu bukti IJEPA dapat membawa manfaat yang diharapkan kedua pemerintah," kata dia.

Mahendra menjelaskan, kerjasama IJEPA lebih dimanfaatkan eksportir Indonesia ketimbang eksportir Jepang.

Berdasarkan data yang diolah dari Bea Cukai, nilai ekspor Jepang ke Indonesia hanya berkisar US$ 700 juta, sementara ekspor Indonesia ke Jepang telah mencapai US$ 3,5 miliar. Begitu pun dengan perbandingan jumlah eksportir, hanya 8 ribu eksportir Jepang yang menikmati fasilitas IJEPA, sedangkan dari Indonesia mencapai 40 ribu eksportir.

"Jadi salah persepsi kalau ada anggapan eksportir Indonesia tidak memanfaatkan perjanjian ini," ujarnya.

hadi.suprapto@vivanews.com

Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI
KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha

Gus Baha Ingatkan Semua Orang Agar Ingat Mati Tapi Tetap Semangat Hidup

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha merupakan salah satu ulama yang dikenal sebagai ahli tafsir dan pakar Al Quran hingga mendapat julukan 'manusia Quran'.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024