- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengaku sudah menyiapkan draf Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dari Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 Tahun 2013 tentang barang kena pajak yang tergolong mewah, berupa kendaraan bermotor yang dikenai pajak penjualan atas barang mewah.
Nantinya, jika Juklak rampung, patokan harga mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) dapat dirilis, dan sudah bisa diproduksi serta dipasarkan oleh para produsen yang membuatnya.
"Rencananya, Juklak sudah bisa terbit akhir Juni 2013," kata dia.
Dia menambahkan pemerintah tak akan memberikan patokan harga yang ketat terhadap produsen mobil LCGC. Produsen diharapkan tak hanya terpaku dengan batasan harga, yang justru malah mengabaikan aspek perkembangan teknologi dan keselamatan.
"Nanti akan kami beri batas acuan harga, harga pabrikan dan harga konsumen," tambah Hidayat.
Tak boleh Premium
Dalam juklak itu juga akan diatur tingkat konsumsi dan jenis BBM. Hidayat menegaskan, mesin mobil murah nantinya tidak cocok menggunakan BBM dengan nilai oktan (RON) 88 seperti Premium.
"Prinsipnya, mesin yang disiapkan RON 92. Hari pertama peluncuran telah menggunakan BBM non bersubsidi, maka selanjutnya harus menggunakan BBM non subsidi," kata dia.
Di mata produsen mobil yang tengah siap menyodorkan model LCGC, bukanlah perkara mudah untuk bisa menggaet konsumen untuk mobil ini, di mana target utamanya adalah pengendara sepeda motor.
Ada dua faktor yang diperkirakan akan membuat pengendara motor pikir-pikir dulu untuk beralih ke mobil murah.
Menurut Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Layanan Purna Jual PT Honda Prospect Motor--agen tunggal pemegang merek Honda di Indonesia--rentang harga sepeda motor ke mobil murah terlalu jauh, meski kemungkinan harga paling murah adalah Rp75 juta.
"Gap-nya terlampau jauh dari sepeda motor ke mobil. Kebanyakan, orang beli sepeda motor yang berkapasitas mesin 125 cc dan harganya berkisar Rp10-15 juta. Kalau mesti upgrade ke harga Rp80-100 juta bisa dibayangkan berapa kali lipat bedanya," kata dia.
Alasan kedua, biaya membeli bensin dan layanan purnajual mobil jauh lebih mahal ketimbang sepeda motor. "Setelah membeli mobil itu, masih ada biaya yang memberatkan seperti harga BBM non subsidi, perpanjangan STNK, servis berkala, tempat parkir, dan lain sebagainya," ujar Jonfis. (kd)
Gasak Harta Majikan Saat Mudik Lebaran, Pria di Tangerang Ditangkap Polisi
Pelaku merupakan orang kepercayaan korban. Kejadian diketahui saat korban kembali setelah mudik lebaran.
