Toyota Gencar Ekspor Mesin Berbahan Bakar Singkong

Toyota Hilux
Sumber :
  • webwombat
VIVAnews
Qualcomm Snapdragon X Plus, Chipset Pendukung Laptop AI
- PT Toyota Motor Manufaturing Indonesia (TMMIN) nampaknya semakin serius menggarap pasar ekspor guna memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu basis produksi global Toyota.

Ganjar Beri Sinyal PDIP di Luar Pemerintahan, Gerindra Tetap Ajak Bersama-sama

Tidak hanya menggarap peluang pasar mobil CBU (
Putusan MK Bersifat Final, Prof Niam: Kontestasi Telah Usai, Saatnya Bersatu
Complete Buid-up Unit ), TMMIN juga terus meningkatkan kinerja ekspor komponen termasuk mesin ramah lingkungan 2TR-FFV yang berbahan bakar ethanol.


“Kita terus berupaya meningkatkan performa mesin ramah lingkungan 2TR-FFV ini untuk menjadi andalan ekspor ke depan karena pasarnya terus berkembang,” kata Wakil Presiden Direktur TMMIN, Warih Andang Tjahjono, dalam keterangan tertulis, Selasa 8 Juli 2014.


Menurut Warih, sejak 2010 lalu TMMIN telah dipercaya oleh prinsipal untuk mengisi pasar mesin berbahan bakar ethanol untuk pasar Amerika Latin, terutama Argentina. Total ekspor mesin ramah lingkungan ini mencapai 18.060 unit.


Di Argentina, mesin 2TR-FFV berkapasitas 2.694 cc digunakan untuk mobil Toyota Hilux yang juga dipasarkan pabrikan negara ini ke Brasil.


TMMIN meyakini, volume ekspor mesin ethanol 2TR-FFV produksi mereka akan terus meningkat, termasuk untuk pasar dalam negeri ke depannya, mengingat bahan bakar ethanol merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui karena dapat dihasilkan dari tebu, kentang, jagung, singkong, dan biji bunga matahari.


Di Indonesia, peluang mesin ethanol belum banyak digarap karena produksi bahan bakar ini masih sangat terbatas. Sejauh ini, etanol yang diproduksi Indonesia sebagian besar masih digunakan untuk bahan baku rokok, obat-obatan kosmetik dan lainnya.


“Padahal bahan bakar ethanol mempunyai keunggulan, selain merupakan sumber energi terbaharui adalah besaran emisi CO2 ethanol lebih rendah dari bahan bakar bensin. Ethanol menghasilkan 1,94 CO2 kg per liter, sedangkan bensin menghasilkan 2,24 CO2 kg per liter,” tutur I Made Dana Tangkas, Direktur TMMIN.


Sempat mengalami masalah, TMMIN terus meningkatkan performa mesin 2TR-FFV dan telah berhasil mengatasi salah satu kelemahannya yaitu sulit distater pada suhu dingin seperti di suhu 11 derajat celcius.


“Kita telah berhasil mengatasi kelemahan tersebut, dengan melengkapi mesin 2TR-FFV dengan sistem bahan bakar sub-tank dan sub-jet untuk menyuntikkan bensin murni pada awal mesin dijalankan. Setelah mesin mencapai temperatur yang dibutuhkan maka injeksi ECU (
Electronic Control Unit
) akan memindahkan konsumsi bensin ke konsumsi ethanol secara otomatis,” kata Made Dana.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya