- www.autoevolution.com
VIVAnews - Ganja hingga kini masih dinyatakan sebagai narkotika yang dilarang di banyak negara. Hal ini, dinilai banyak peneliti beralasan. Lantaran jika dihisap, tanaman tersebut dapat menimbulkan kerusakan otak bagi pengonsumsinya.
Tak hanya itu, ganja juga bisa berefek buruk karena menimbulkan emosi yang tak stabil dan penyakit mental.
Namun, beberapa kalangan rupanya menganggap ganja dapat bermanfaat bagi dunia otomotif. Para peneliti asal Kanada baru-baru ini mengaku berhasil membuat sebuah supercapasitors --komponen yang berfungsi sebagai jembatan antara baterai-- dari serat ganja untuk digunakan pada mobil listrik. Demikian dilaporkan Autoevolution, Rabu 27 Agustus 2014.
Bicara supercapasitors, alat ini memiliki fungsi melepaskan energi dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat. Biasanya, komponen ini diadopsi pada mobil-mobil berkecepatan tinggi.
Pada umumnya, supercapasitors selalu terbuat dari graphene, yakni bahan yang dibentuk oleh satu lapisan atom karbon yang 100 kali lebih kuat dari baja. Namun, karena harganya yang amat mahal, para peneliti mencari alternatif lain.
Alhasil, tim peneliti di Alberta, Kanada, yang dipimpin oleh David Mitlin berhasil menemukan pengganti graphene dari serat ganja jenis hemp yang biasa tumbuh tinggi.
Dari penemuan tersebut, bahan baru ini dilaporkan memiliki kinerja yang sama, atau bahkan lebih baik daripada produk-produk yang berbasis graphene.
Serat ganja hemp dikatakan mampu bekerja pada 0 derajat celcius dan menawarkan kepadatan energi 12 Wh/kg yang dapat dicapai dalam enam detik pengisian.
Kendati demikian, teknologi ini rupanya tidak akan diterapkan pada kendaraan konsumen dalam waktu dekat. Namun, beberapa perusahaan mobil mengaku amat tertarik dengan penemuan ini dan berencana beralih menggunakan serat ganja ketimbang graphene untuk menghemat biaya. (asp)
Baca juga: