Sumber :
VIVAnews – Kehadiran mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) memang masih seumur jagung. Namun, para pelaku industri otomotif kebingungan dengan meningkatnya nilai dolar atas mata uang rupiah.
Bahkan, Marketing Marketing & After Sales Service Director Honda Prospect Motor (HPM), Jonfis Fandy, mengatkan penjualan LCGC merugi.
"Sejak dolar naik terus, kami mengalami kerugian. Namun kenaikan dolar tidak lantas membuat kami bisa menaikkan harga,” ujar Jonfis di sela-sela acara test drive All New Jazz di Bali, baru-baru ini.
Lebih lanjut, Jonfis menuturkan bahwa semua produsen yang terlibat dalam produksi tidak bisa langsung menaikan harga begitu saja. Pasalnya, kenaikan harga hanya terjadi bila ada inflasi.
Namun demikian Honda akan tetap bertahan mengingat pemerintah belum merubah regulasi terkait harga mobil murah tersebut. "Sejak awal perusahaan yang ikut dalam LCGC sudah memahami aturan itu. Jadi tidak mungkin kami menaikkan harga begitu saja," jelas Jonfis.
Jonfis juga mengaku, saat ini baik Honda dan merek lainnya memiliki resiko yang tinggi karena nilai dolar saat pertama kali LCGC diluncurkan berbeda dengan saat ini. Di sisi lain, kata dia, produsen pun tidak bisa membatasi jumlah produksi demi alasan efisiensi.
PT HPM saat ini menjadi salah satu pemain dalam pengadaan mobil murah. Pada segmen ini, Honda menghadirkan Brio Satya untuk menghadapi Agya, Ayla, Karimun Wagon R, dan juga Datsun Go+ Panca serta Go versi hatchback. (ita)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Namun demikian Honda akan tetap bertahan mengingat pemerintah belum merubah regulasi terkait harga mobil murah tersebut. "Sejak awal perusahaan yang ikut dalam LCGC sudah memahami aturan itu. Jadi tidak mungkin kami menaikkan harga begitu saja," jelas Jonfis.