- Herdi Muhardi/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Indonesia menjadi negara kedua setelah Jepang, yang dipercaya Toyota untuk memproduksi mobil multi purpose vehicle (MPV) dengan fitur pintu geser, All New Sienta.
Salah satu tokoh di balik kehadiran mobil yang digadang-gadang sebagai penantang Honda Freed itu yakni Project Manager Toyota Motor Corporation (TMC), Hiroki Sunouchi.
Sebelum dihadirkan di Indonesia, TMC sudah melakukan sejumlah pengujian. Hiroki mengaku, mobil yang mampu menampung tujuh orang penumpang itu sudah diuji laik jalan dengan jarak tempuh lebih dari 10 ribu kilometer.
“Pengujian dilakukan di Afrika Selatan, India, Thailand, Argentina, Brasil, dan Indonesia. Di Indonesia, pengujian hingga tiga ribu kilometer. Saya yang menyetir sendiri, supaya mengetahui kondisi jalan,” ujar Hiroki kepada awak media saat acara test drive di Bandung, Jawa Barat, Jumat 22 Juli 2016.
Meski telah beberapa kali datang ke Indonesia, namun untuk pengujian Sienta, Hiroki mengaku hanya mengingat beberapa kota, yakni Jakarta, Bandung dan Solo.
Salah satu hasil pengujian adalah ada perbedaan spesifikasi antara unit yang dijual di satu negara dengan negara lainnya. Contohnya, ground clearance Sienta untuk Indonesia lebih tinggi 25 milimeter dari Sienta buatan Jepang.
Selain itu, tuas transmisi Sienta di Indonesia berada pada konsol tengah, sedangkan di Jepang menempel di dasbor.
Perbedaan lainnya pada jenis transmisi. Untuk pasar Indonesia, tersedia pilihan transmisi manual enam percepatan dan otomatis continuous variable transmission (CVT) tujuh percepatan. Sementara di Jepang, hanya satu pilihan transmisi otomatis.
“Di Jepang, kami tidak memiliki transmisi manual, melainkan hanya transmisi otomatis. Indonesia masih banyak yang menyukai transmisi manual. Sedangkan di Jepang, lebih dari 99 persen orang menggunakan transmisi matik,” ujarnya menjelaskan.
All New Sienta Indonesia juga telah menggunakan pendingin udara double blower. Sedangkan di Jepang hanya ada satu kipas, yang posisinya berada di depan.
“Di Jepang, kami tidak memiliki pendingin belakang. Tapi, itu sangat umum Indonesia, jadi kami memasangnya.”
(mus)
