Mobil Bekas Ikut Dongkrak Pertumbuhan After Market

Deretan pelek after market
Sumber :
  • VIVA.co.id/Jeffry Yanto

VIVA.co.id – Tingginya penggunaan kendaraan roda empat di Indonesia dipastikan juga meningkatkan penggunaan industri onderdil otomotif. Ini tak lain karena pemilik mobil akan tetap membutuhkan spare part setelah membeli kendaraan.

Libur Nataru, Ngebut di Jalan Tol ini Siap-siap Ditilang

Bahkan berdasarkan hasil studi terbaru perusahaan konsultan, Ipsos Business Consulting Indonesia, lebih dari 11 juta kendaraan penumpang akan habis masa garansi perawatannya pada 2020 mendatang.

Selain itu, studi tersebut juga memprediksi, akan terjadi pertumbuhan populasi kendaraan yang habis masa garansinya hingga 9,7 persen sepanjang 2015-2020.

Relaksasi PPnBM Berlaku, Gaikindo: Sehari 25 Unit Mobil Dipesan

Tak hanya itu, menurut Head of Consulting, Ipsos Consulting Indonesia Douglas Cassidy, peningkatan pertumbuhan after market juga didukung dengan perkembangan pasar mobil bekas (mobkas) di Tanah Air.

"Karena mobkas di Indonesia secara bertahap menjadi lebih canggih karena ketersediaan yang lebih besar akan pembiayaan yang fleksibel, saluran pemasaran resmi dan terstandarisasi serta transparansi informasi yang lebih baik," kata Douglas saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu 21 September 2016.

Kemenperin Ungkap Stimulus Baru Industri Otomotif Hadapi COVID-19

Selain itu, Douglas menyatakan, tingginya permintaan mobil bekas, selain karena harga yang lebih murah, hal ini juga disebabkan terbatasnya ketersediaan diler resmi mobil baru khususnya di daerah. Dengan perkembangan mobkas, kata Douglas, hal ini tentu saja meningkatkan penggunaan berbagai produk-produk after market.

Tantangan pemasaran produk after market

Kendati demikian, dari penelitian ini disebutkan, bahwa akan ada tantangan yakni pentingnya mengidentifikasi mitra distribusi yang paling tepat. Hal ini pun diungkapkan Brenda Karnadi, Consultant Ipsos Consulting Indonesia.

Menurutnya, para produsen suku cadang otomotif akan terus bergantung pada riteler atau toko onderdil untuk memastikan cakupan yang luas yang menjangkau konsumen.

"Para produsen suku cadang menghadapi tantangan utama dalam mengidentifikasi dan mengendalikan pihak distributor yang berkualifikasi dan memiliki akses luas ke saluran-saluran pemasaran tradisional seperti toko onderdil dan bengkel independen," ucapnya.

Namun demikian, Brenda tak menampik, meskipun banyak bengkel umum tidak resmi terus bermunculan dan mendominasi pasar karena harga lebih murah dan layanan telah berstandar baik, namun bengkel-bengkel resmi akan tetap menjadi pilihan karena kualitas layanan dan produk after market yang lebih lengkap.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya