Honda Indonesia Anggap Mobil Listrik Masih Sebatas Mimpi

Charger mobil listrik
Sumber :
  • goauto

VIVA.co.id – Peraturan mobil bertenaga listrik di Indonesia tentu berbeda dengan Eropa. Sebab, di Tanah Air sampai sekarang peraturan mobil listrik masih belum jelas. Bahkan untuk teknologi hibrida saja – yang menggabungkan mesin bensin dengan tenaga listrik – masih dikenakan pajak tinggi.

Kemenperin Dorong IKM Berperan dalam Ekosistem Kendaraan Listrik

Maka dari itu, Indonesia mempunyai pekerjaan rumah yang besar. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2015 tentang Kebijakan Energi Nasional harus segera ‘diterjemahkan’ sehingga target pemerintah pada 2025 untuk siap menghadirkan kendaraan ramah lingkungan bertenaga listrik dan hybrid dapat tercapai.

"Saya pikir kalau berbicara 2025 harus ada tuh, tapi saya tidak tau apakah 2025 ada mobil listrik apa enggak. Karena kita bicara realitas sekarang bahwa mobil listrik tidak mungkin dijalankan di Indonesia dengan kondisi sekarang," kata Jonfis Fandy, Marketing dan Aftersales Servis Director PT Honda Prospect Motor (HPM).

Ragam Kendaraan Listrik Canggih Siap Meriahkan Pameran PEVS 2024

Ia mengatakan, pemerintah harus melewati masa sosialisasi, edukasi mobil hybrid, mobil karbon rendah dan sebagainya. Habis itu baru mobil listrik. "Target pemerintah saya mengerti karena ada perjanjian tahun 2011, Indonesia itu harus mengurangi CO sampai berapa di 2025," katanya.

Kata dia, pemerintah mau mengurangi emisi gas buang tanpa memakai produk hybrid, mobil ramah lingkungan dan listrik. "Itu tidak mungkin tercapai jadi semua ini harus dilakukan, dengan mobil listrik saja enggak mungkin," katanya.

Mobil Baru BYD Rp200 Jutaan Mulai Dikirim ke Diler

Tapi, jika pada saatnya mobil listrik sudah mempunyai peraturan yang jelas, Honda mengaku sudah siap ikut meramaikannya ."Teknologi Honda ada tapi apa bisa di aplikasikan di Indonesia? Ya kita terus terang sampai sekarang belum pelajari karena itu kan bukan hal yang mudah," katanya.

Menurutnya, mungkin salah satu yang paling ampuh di dunia adalah insentif. Mungkin produksi hybrid itu bisa harganya murah. "Semua balik ke harga, hybrid mahal siapa yang mau pakai. Kalau dia bisa murah tentunya harus melalui insentif baru kemudian sosialisasi dan edukasi," ujarnya.

Ia mengatakan, untuk insentif Itupun enggak gampang. Kata dia untuk mengubah pemakaian bensin ke hybrid tidak mudah. "Di luar negeri pun negara maju mengedukasi enggak gampang harus melalui insentif, fasilitas jalan tol dan sebagainya baru mereka bisa beralih," katanya.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya