Gurihnya Bisnis Onderdil Bekas Motor

Bursa onderdil bekas di Jalan Raya Bogor KM 72, Jakarta Timur.
Sumber :
  • FOTO: Herdi Muhardi/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Pesatnya pertumbuhan industri kendaraan bermotor di Tanah Air membuka banyak peluang bisnis. Salah satunya bisnis suku cadang kendaraan roda dua bekas pakai.

Harga Onderdil Motor Jadul Bikin Kaget, Padahal Bekas

Dengan bermodalkan tempat yang sederhana, para pebisnis onderdil bekas dapat meraup keuntungan yang cukup besar.

Menurut seorang pedagang suku cadang bekas di Jakarta Timur, Yoyo, omzet yang didapatkannya selama satu bulan bisa jutaan rupiah.

Punya Motor Jadul Susah Cari Suku Cadang, Tak Perlu Panik

“Kalau ramai, bisa mencapai Rp10 juta per bulan. Tapi, itu naik turun ya. Tergantung stok yang ada di agen dan yang dicari,” kata Yoyo saat berbincang dengan VIVA.co.id, Senin 6 Februari 2017. 

Yoyo menceritakan, sentra onderdil sepeda motor di Jalan Raya Bogor km 27 sudah ada sejak 1990-an. Pada masa itu, ada sekitar 20 pedagang onderdil yang menjajakan dagangannya.

Misteri Kenapa Vespa Jarang Dijual Pedagang Motor Bekas

"Tapi, sekarang sudah mulai sedikit dan kalah sama persaingan," ujarnya. 

Yoyo mengaku telah melakoni usahanya selama lima tahun. "Awalnya iseng, ikut-ikut mamang (paman). Sekarang sudah bisa pilih barang, jadi buka sendiri," katanya. 

Di tokonya, Yoyo menjual aneka onderdil bekas sepeda motor, seperti knalpot, pelek, bodi motor, spatbor, lampu, kaca spion, kanvas dan piringan rem cakram, serta beberapa suku cadang lainnya. 

Menurut Yoyo, bila barang yang dicari tidak ada, konsumen bisa memesannya. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp50 ribu hingga ratusan ribu rupiah.

Sementara itu, pedagang lainnya, Ahmad mengatakan, ia sudah berjualan onderdil motor bekas selama 15 tahun. "Awalnya dari masih kecil tokonya, sekarang sudah mulai komplet," katanya. 

Dari usahanya itu, Ahmad mengaku bisa meraup omzet Rp300-400 ribu per hari, atau Rp9-12 juta per bulan.

"Tapi, omzet sebesar itu kalau rezeki sedang bagus. Kami juga lihat banyak faktor, kayak onderdilnya sudah tidak dicari atau [jumlah] konsumennya naik enggak," ungkapnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya