Beda Tesla Amerika dengan Selo Mobil Listrik Indonesia

Mobil listrik Indonesia, Selo.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id – Pemerintah pernah mengembangkan mobil listrik ketika momentumnya pelaksanaan APEC di Bali tahun 2013 lalu. Saat itu, ada keinginan agar peserta APEC dari sejumlah negara diangkut dengan mobil listrik buatan anak negeri. Namun, bukannya berhasil, proyek prestisius itu malah berujung perkara hukum.

Neta Mulai Rakit Mobil Listrik di Indonesia

Dahlan Iskan merupakan sosok penting dibalik proyek tersebut. Dahlan, ketika itu, menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara. Upayanya dengan menarik tiga perusahaan negara yang dia bina sebagai penyokong dana. Kemudian, ia juga memulangkan ahli mobil listrik yang bekerja di luar negeri untuk menggarap proyek tersebut.

Lalu hadirlah mobil listrik bernama Selo generasi pertama berbadan sporty dengan penampilan laiknya supercar macam Lamborghini. Dahlan pernah menjajal Selo melintasi punukan lereng Gunung Lawu tetapi celaka tunggal di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Mobil itu urung dipakai di APEC dan hanya jadi pajangan.

GAC Aion Jual 1 Juta Mobil Listrik dalam Waktu Relatif Singkat

Dahlan masih hakulyakin mobil listrik adalah kendaraan masa depan dunia. Meski tersangkut perkara hukum, tak mematahkan semangat Dahlan untuk mempromosikannya dengan harapan impiannya itu didengar dan bisa diwujudkan pemerintah era Presiden Joko Widodo.

Untuk meyakinkan pemerintah dan masyarakat, Dahlan lalu membeli mobil listrik Tesla buatan Amerika Serikat seharga Rp4 miliar. Pada Jumat sore, 12 Mei 2017, Tesla miliknya itu dipamerkan di halaman Graha Pena Surabaya, Jawa Timur. Mobil listrik Indonesia, Selo, disandingkan berjajar sebagai perbandingan.

Tesla Bakal Luncurkan Mobil Listrik Murah? Ini Kata Elon Musk

"Mobil listrik Selo ini generasi kedua. Kalau generasi pertama yang pernah kecelakaan saat saya coba dulu," kata Dahlan, sembari menunjuk mobil listrik Selo berkelir kuning dengan bodi mirip Lamborghini.

Lantas, apa bedanya Selo dengan Tesla buatan Amerika?

"Tentu beda dari segi kecanggihannya. Tesla milik saya ini sudah diproduksi massal di Amerika. Kalau Selo, kan masih prototipe, masih dikembangkan tapi berhenti karena jadi perkara," katanya.

Tesla, lanjut Dahlan, memiliki penyimpan daya listrik pendorong mesin atau baterai yang bisa digunakan dengan jarak tempuh 500 kilometer. "Kalau Selo, baterai penuh hanya bisa dipakai sejauh 250 kilometer," tuturnya.

Keunggulan Tesla lainnya, jelas Dahlan, ialah pada kunci pembuka pintu dan penghidup mesin. Tesla menggunakan semacam kunci sensorik untuk membuka pintu dan menghidupkan mesin secara otomatis. Kunci itu hanya bisa digunakan pemiliknya sehingga aman dari pencurian.

"Kalau Selo masih pakai kontak starter," ujarnya.

Panel bagian eksterior dan interior juga lebih canggih Tesla daripada Selo, begitu juga dalam hal tarikan mesin dan keseimbangannya saat melaju kencang. Dahlan mengaku sempat menjajal laju kencang Teslanya hingga kecepatan 180 kilometer per jam. "Lebih dari itu bisa, cuma saya enggak berani," katanya.

VIVA.co.id sempat merasakan jadi penumpang saat Dahlan melajukan Teslanya di jalan raya sekitar Graha Pena. Suara mesin mobil sedan berwarna abu-abu tua itu tidak terdengar. Hanya dengungan putaran ban yang terngiang di telinga. Sesekali Dahlan menginjak pedal gas dalam-dalam, dan mobilpun melesat ringan. "Mobil listrik memang tidak ada suara mesinnya," katanya.

Dahlan berharap Indonesia segera mengembangkan mobil listrik. Perkiraannya, mobil listrik akan jadi mobil masa depan di tengah ancaman krisis bahan bakar minyak karena menipisnya cadangan di perut bumi. Dia menyebut negara tetangga seperti Thailand serius memikirkan produksi mobil ramah lingkungan tersebut. "Tidak ada kata terlambat untuk maju," ujarnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya